TIPE-TIPE ANAK DIDIK
Anak didik merupakan “bahan baku” pendidikan. Dialah
yang menjadi bahan mentah untuk dikembangkan kompetensi emosional, intelektual
dan keahliannya.
Menjadikan mereka anak-anak yang sukses dalam belajar
dan kehidupan merupakan tugas mulia guru. Agar usaha mencapai hasil optimal,
setiap guru perlu memahami potensi yang dimiliki oleh anak didik.
Sebagai manusia, setiap anak memiliki potensi belajar
beragam. Ada yang mudah dan ada pula yang perlu usaha ekstra. Oleh karena itu,
tipe-tipe anak didik berdasarkan potensinya perlu dikenali dengan baik.
Secara sederhana, potensi anak didik dapat dicermati
berdasarkan dua aspek. Aspek tersebut adalah kesiapan mental dan kecerdasannya.
Kesiapan mental biasanya tampak pada kemandirian anak. Sementara kecerdasan
umumnya tampak pada daya serap anak terhadap suatu kompetensi.
Atas dasar
itu, tipe-tipe anak didik dapat dipetakan sebagaimana bagan berikut.
1. Tipe Cerdas
Ini adalah
tipe siswa yang paling mudah diajar. Mereka memiliki tingkat kemandirian dan
sekaligus daya serap tinggi.
Mendidik
anak tipe ini sangat mudah bagi guru. Kemandirian dan kecerdasannya bahkan
menjadikan guru tidak perlu mengajar, karena anak memiliki minat dan kemampuan
belajar secara mandiri.
Tipe seperti
ini kadang ada karena faktor bawaan, tetapi tidak jarang sebagai hasil bentukan
lingkungan baik karena pola asuh orang tua maupun pembelajaran kepribadian di
sekolah.
2. Tipe Pintar
Ini adalah
tipe anak didik pada umumnya. Meski bukan anak cerdas secara kognitif, tetapi
dia memiliki kesiapan mental, berupa kemandirian, dan minat belajar tinggi.
Tipe ini
umumnya menjadi siswa yang berhasil dalam belajar maupun dalam hidupnya.
Modalitas mental dan kemandirian yang memadai menjadikan anak mampu mengatasi
berbagai masalah belajar.
Pada anak
seperti ini, tugas guru adalah membelajarkan mengenai cara belajar efektif dan
berbagai trik pembelajaran. Meski tidak secepat anak cerdas, anak pintar sering
kali dapat sesukses anak cerdas.
3. Tipe Aktif
Ini adalah
tipe anak didik yang relatif membutuhkan keahlian dan tenaga ekstra dari guru.
Anak seperti ini pada dasarnya cerdas, tetapi kurang memiliki kesiapan mental
(kecerdasan emosi).
Anak tipe
ini biasanya banyak ulah, banyak kemauan, dan agak egois. Ini terjadi karena ketidakseimbangan
kecerdasan pikir dan emosinya, sehingga tersublimasikan ke dalam sikap dan
perilaku aktif, atraktif dan semau gue.
Banyak guru
dan orang tua salah mempersepsikan mereka sebagai anak nakal. Padahal sangat
boleh jadi sebenarnya mereka anak yang terlalu cerdas daya pikirnya. Bahkan
tokoh-tokoh besar yang terlahir dengan kondisi seperti mereka.
Anak seperti
ini membutuhkan guru yang memiliki kecerdasan emosi tinggi dan memiliki
keahlian bidang pembinaan kecerdasan emosi. Keberhasilan membentuk kembali
emosi anak merupakan kunci keberhasilan belajar.
4. Tipe Sulit
Ini adalah
tipe anak didik yang membutuhkan guru berkeahlian ganda. Ini dikarenakan
problem belajar anak terletak pada dua aspek fundamental, yakni kesiapan mental
dan kecerdasan sekaligus.
Untungnya,
anak tipe ini semakin jarang ditemukan saat ini. Kualitas gizi yang dikonsumsi
orang tua saat hamil dan anak semasa kecil makin baik, hingga jumlah anak
seperti ini semakin sedikit.
Guru
berkeahlian khusus diperlukan agar minat anak terbangun seperti anak tipe
pintar. Bila hasil pembelajaran kognitifnya tidak sebaik anak yang lain, maka
peluang untuk membuatnya sukses harus digali dari potensi-potensinya yang lain.
Setiap anak
memiliki potensi kecerdasannya sendiri. Anak pasti memiliki kelebihan
(kecerdasan) di bidang tertentu. Untuk itu, diperlukan kerja sama antara guru
dan wali murid agar potensi anak dapat digali dan dikembangkan lebih optimal.
Salam
pendidikan..
mendidik anak tidak semudah membalikakan telapak tangan pa lagi, merubah anak yang belum bisa jadi bisa itu tambah sulit, kemampuan ekstra yang dibutuh kan.
ReplyDeleteya, bagaimanapun kita sebagai seorang guru harus berusaha bisa mendidik anak dengan berbagai karakter
ReplyDeletesekarang ni karakter bangsa yang lagi tren tp masih banyak yg belum tahu pa tu karakter bangsa
ReplyDeleteYa pak Rudi, Pemerintah harus peduli dan banyak melaksanakan sosialisasi
ReplyDelete