Pada Jaman kerajaan
Sriwijaya ada suatu daerah yang termasuk dalam wilayah kerajaan Sriwijaya,
daerah itu terletak di tepi perairan sungai musi yang di dalamnya banyak
terdapat rawa-rawa, di daerah tersebut pada suatu ketika terjadi peristiwa yang
menggemparkan.
Setiap hari di daerah
itu setiap orang yang mandi di sungai selalu meninggal, apa yang terjadi.
Karena di sungai tersebut hiduplah seekor buaya yang besar dan ganas. Karena
setiap orang yang mandi di sungai selalu di gigit buaya dan meninggal, dan hal
tersebut terjadi setiap hari tidak ada kelang.
Dari kejadian tersebut
Tetua Marga melapor ke istana kerajaan Sriwijaya,” Paduka raja, tolonglah warga
saya, karena setiap hari tidak berkelang warga saya selalu mati oleh keganasan
buaya penghuni sungai,” kemudian raja menjawab,” baiklah aku akan memerintahkan
prajuritku datang ke daerah kelang
tersebut untuk membunuh buaya itu,” Kemudian raja berkata
kepada punggawanya,”Punggawa, bawa beberapa prajurit pilihan ke daerah Kelang,
bunuhlah buaya ganas itu,” berangkatlah para prajurit kerajaan Sriwijaya ke
daerah kelang.Dan sejak saat itu
daerah tempat buaya ganas tersebut dari mulut ke mulut di sebut dengan nama
kelang.
Para prajurit dan
punggawa kerajaan Sriwijaya telah sampai ke daerah kelang dan sempat terjadi
perkalian dengan buaya ganas, tetapi semua prajurit tidak ada yang bisa
mengalahkan buaya tersebut, bahkan punggawa-punggawa sakti kerajaan sriwijaya
di kerahkan untuk melawan buaya ganas tersebut, tetapi tidak ada seorang pun
yang sanggup mengalakan buaya ganas.
Prajurit yang selamat
kembali ke istana dan melapor ke raja,” Ampun baginda buaya di daerah kelang
sangat kuat dan kebal, kami semua tidak sanggup mengalakannya,” kemudian raja
memerintahkan kepada prajurit,” prajurit buatlah sayembara, umumkan kepada
seluruh rakyatku, siapa yang sanggup mengalakan buaya ganas di daerah kelang
akan aku hadiahkan 100 keping.” Prajurit keluar istana
dan berjalan ke seluruh wilayah kerajaan Sriwijaya untuk mengumumkan sayembara.
dungggg, dunggg dunggg, bunyi bendi di bunyikan oleh prajurit, “ Sayembara, sayembara,
diumumkan kepada seluruh masyarakat, barang siapa yang dapat mengalahkan atau
membunuh buaya ganas yang ada di Telang akan diberi hadiah 100 keping mas oleh
baginda raja”, rupanya prajurit tadi agak cedal dari kata kelang berubah jadi
Telang.
Setiap ada kerumunan
orang, prajurit memukul bendi dungggg, dunggg dunggg, “ Sayembara, sayembara,
diumumkan kepada seluruh masyarakat, barang siapa yang dapat mengalahkan atau
membunuh buaya ganas yang ada di Telang akan diberi hadiah 100 keping mas oleh
baginda raja”,
keesokan harinya banyak
pendekar sakti yang datang ke daerah Telang untuk dapat mengalahkan buaya ganas
tersebut, Tombak, pedang dan ilmu kesaktian nggak bisa menggores sedikitpun
kulit buaya tersebut, buaya bahkan semakin ganas, banyak pendekar tewas oleh
keganasan buaya di sungai Telang. Rakyat semakin resah, tidak ada seorang pun
yang berani mandi di sungai.
Pada suatu malam
seperti biasa buaya ganas tersebut mulai mencari tempat untuk dapat tidur
dengan nyaman, buaya ini paling suka tidur dibawah pohon bedado yang banyak
tumbuh di pinggir sungai Telang. Buaya ini suka tidur terlentang, pada saat
tidur dengan pulas di bawah pohon bedado ini, jatuhlah buah bedado yang sudah
matang berwarna kuning keemasan tepat di pusar perut buaya, saat itu juga buaya
terkapar tak berdaya dan mati. Ternyata kelemahan buaya terletak pada pusarnya.
Sejak saat itu tidak
ada lagi buaya yang ganas, dan rakyat hidup dengan damai dan daerah itu sampai
sekarang di sebut dengan nama Telang.
Demikianlah kisah lagenda asal mula nama Telang, kritik dan saran membangun sangat kami harapkan, karena saya baru belajar menulis.
Karya : Suwari, S.Pd
No comments:
Post a Comment